Rabu, 10 April 2013

Berlomba dalam Kebaikan



Dan bagi setiap orang  ada memiliki arah yang dituju  ke arah mana dia  menghadapkan wajahnya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (TQS 2:148)

Mengingat ayat ini pasti setiap insan yang beriman akan mengupayakan dengan segenap jiwa dan raga untuk melakukan kebaikan demi kebaikan dengan frekuensi yang sering dan sering. Ambil saja satu cerita, ketika akhir-akhir ini, seringnya agenda aksi untuk menolak RUU Ormas. Segenap syabah dan syabab dengan latar belakang yang berbeda-beda mengupayakan untuk turut andil dalam uslub (cara) untuk mendakwahkan gagasan-gagasan Islam, atau menyampaikan kritik (koreksi) kepada penguasa. Mulai dari ibu rumah tangga, pekerja, mahasiswa, hingga pelajar dengan setumpuk tugas yang pada saat bersamaan harus mereka kerjakan akhirnya bisa mengalahkan situasi (faktor eksternal dan internal yang menghambat) sehingga mereka bisa turut andil dalam aksi. Aksi ini pun menyentuh lintas usia, dari anak kecil hingga tua renta, bahkan ada juga mereka yang terbaring lemah, mau dan mampu berdiri  dengan lantang menyuarakan nasehat kepada penguasa. Ini adalah ikhtiar kita untuk turut dalam aksi yang termasuk dalam azzam kita sebagai bagian dari partai yang tsiqoh dalam memperjuangkan Islam yang ideologis. Panggilan iman itulah yang membawa kita untuk turut didalamnya. Karena kita yakin sepenuhnya bahwa kita ini hidup dalam ruang penuh pertanggungjawaban di hadapan Allah. Maka demi Allah, keikhlasan kita untuk hadir dalam aksi akan menjadi saksi nyata, bila kelak Allah tanya kepada kita pada detik-detik dakwah ini membutuhkan totalitas pengorbanan kita.

Di sisi lain adalah hal yang menyenangkan ketika aksi yakni bisa berjumpa dengan teman-teman seperjuangan (silahturahmi). Memang pada momen tersebut kita bisa sekalian mengobrol, menanyakan kabar, bercerita seputar dunia dakwah dan berfoto bersama... tapi ingat, kita harus tetap fokus pada niat awal, mendakwahkan gagasan-gagasan Islam, atau menyampaikan kritik (koreksi) kepada penguasa karena Allah. Satu hal, karena memang hanya ridho Allah yang kita inginkan. 

Bukan karena kita telah mati-matian mengupayakan untuk bisa hadir dalam aksi, maka kita serius mengikuti jalannya aksi (terkesan dibuang sayang). Tapi karena Allah maka kita mengupayakan hadir dan serius dalam mengikuti aksi (ruhiyah).

Momen ini merupakan ajang bagi diri kita untuk bersungguh-sungguh dalam berlomba untuk melakukan yang terbaik. Terbaik sebagai orator, terbaik sebagai peserta aksi, terbaik sebagai panitia. Sangat disayangkan jika saat aksi sedang berlangsung kita hanya fokus untuk eksis, foto bersama (narsis), berjualan, temu kangen dan lain sebagainya. Apa yang perlu diperlombakan? :D

Semoga yang hadir dalam aksi bisa mengikuti aksi dengan sepenuh jiwa dengan niat hanya karena Allah. Sehingga nasehat sarat hujjah dari sang Orator bisa menyentuh relung hati dan kerangka pikiran yang mendengarkan untuk mendukung apa yang disuarakan. Yang mendengarkan semakin jelas pemahamannya dan terpacu untuk memahamkan umat, yang bertugas dalam aksi (panitia) bisa mempersembahkan yang terbaik dalam amanah yang diemban masing masing.

Ini adalah sepenggal pesan, yang bisa kita renungkan bersama...

KEBAIKAN

SAAT KITA MENANAM PADI,
RUMPUT IKUT TUMBUH...

TAPI SAAT KITA MENANAM RUMPUT, TIDAK PERNAH TUMBUH PADI...

DALAM MELAKUKAN KEBAIKAN,
KADANG-KADANG HAL YANG BURUK PUN TURUT MENYERTAI...

NAMUN SAAT MELAKUKAN KEBURUKAN,
TIDAK PERNAH ADA KEBAIKAN BERSAMANYA.

JANGAN BOSAN BERBUAT BAIK,
MESKI KADANG TIDAK SEMPURNA.

MANUSIA SEMPURNA JUSTRU KARENA MEMILIKI KEKURANGAN DISAMPING KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SELAIN KEKUATANNYA.

Semoga kebaikan demi kebaikan yang kita perlombakan hanya karena Allah SWT. Teruntuk mereka yang berhalangan hadir karena uzur syar'i semoga dimudahkan urusannya. Dan untuk yang bisa menghadiri aksi MARI BERLOMBA!!

"Dalam renungan menuju AKSI PUNCAK dan AKBAR untuk TOLAK RUU ORMAS
Jum'at, 12 April 2013 jam13.30 wib @depan Gedung DPR  RI"


**Jika RUU ini disahkan, bisa jadi ini aksi terakhir kita, tapi yakinlah muhasabah lil hukam ini akan tetap ada karena Khilafah segera tegak! Takbir!**

Selasa, 09 April 2013

Komentar para mujahidah Suriah, cemburukah kita?



Rana, 20 tahun, mahasiswa. Rana, seorang anggota satu-satunya unit tempur perempuan dari Tentara Pembebasan Suriah (FSA), berdiri di dalam sebuah pos komando rahasia di kota Aleppo mengatakan: “Pilihan apa yang saya miliki?”

Ummu Ahmad, 72 tahun, ibu rumah tangga dengan 3 anak: “Rumah saya di Dar’a dihancurkan oleh 2 bom… aku pindah ke Aleppo dengan keluarga saya, saya memilih untuk mengambil senjata dan melawan rezim.”

Ali, 16 tahun, mahasiswi: “Dunia melihat ada masalah di Suriah, sementara itu kita mohon untuk dukungan mereka, anak-anak kita, teman-teman dan keluarga yang sedang dihukum, tanpa alasan.”

Ummu Faraj, ibu rumah tangga berusia 30 tahun, tidak ada anak-anak: “Menjadi dianiaya oleh penjaga keamanan rezim di depan suami saya adalah hal yang paling memalukan yang pernah terjadi pada keluarga saya, saya mengambil senjata, maka saya bergabung.”

Fadwa, 20 tahun, janda dengan 3 anak: “Suami saya meninggal di garis depan, aku akan mati juga di garis depan, semoga Tuhan membantu kita.InsyaAllah “

Amal, 30 tahun, menikah, ibu rumah tangga dengan 3 anak: “Saya Cinta Allah, itu semua yang saya butuhkan dan inginkan, Allah akan Cintai ku akan datang dengan waktu.”

Subhanallah, Allahu Akbar! Cemburukah kita wahai ikhwah dan akhawati fillah atas keberanian mereka?

Sumber:http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/komentar-para-mujahidah-suriah-cemburukah-kita.htm#.UV7Z2aLjfrB

RENUNGAN: Maksiat Malas Dakwah...



***
Saya begitu terngiang ketika membaca serangkaian ulasan berita tentang bagaimana siksaan yang dialami oleh saudara-saudara kita pejuang syariah&khilafah di Uzbekistan; puluhan ribu syabab hizbut-tahrir disana berdakwah di bawah bayang-bayang moncong AK-47, bahkan setidaknya ada 8.000 syabab yang dijebloskan dan disiksa secara brutal di penjara.

Memang Tidak ada kata mudah dalam kamus perjuangan. Yang banyak tertulis justru pengorbanan, cobaan, bahkan siksaan. Hal ini dirasakan oleh ribuan orang yang berujung mati syahid ketika teguh berjuang. Diantaranya seorang syabab muda seumuran saya....

“Mrzaiev ABDUL AZIZ, oleh rezim Karimov dikembalikan kepada keluarganya dengan keadaan kepalanya pecah, matanya keluar dari tempatnya, lehernya dijahit hingga belakang kepala, dadanya dijahit mulai dari pusar sampai ke dagunya...”

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepada kamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya: “Kapan datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (TQS. Al Baqarah : 214)

***
Dlm waktu yg tidak lama lagi, dengan diberlakukannya beberapa undang-undang represif, semisal UU Ormas dan UU Kamnas, bisa jadi, kita para aktivis di negeri ini akan bernasib sama sebagaimana saudara-saudara kita di Uzbekistan sana. Penguasa antek penjajah yang begitu membenci dakwah dan aktivis dakwah, akan menggunakan segala daya upaya; mulai intimidasi, penangkapan dan penyiksaan, bahkan sampai memutilasi.

Membandingkan kondisi sekarang dengan proyeksi dimasa mendatang, Saya jadi sering termenung....
“ya Alloh...ampuni hamba-Mu ini yang suka berleha-leha dalam dakwah ketika waktu lapang, lantas kemudian merasa ngeri dengan siksaan perjuangan di masa yg akan datang...

Kondisi nyaman (comfortable zone) sering kali membuat manusia lalai dan lupa, termasuk aktivis dakwah yg lalai dan lupa akan kondisi yang jauh lebih tragis daripada siksaan fisik, kondisi yang menjadi ketakutan seorang pemberani sekelas UMAR Ra,
“...yang aku takutkan bukanlah kekuatan dan keganasan musuh kalian, akan tetapi jauhnya kalian dari pertolongan Alloh dikarenakan maksiat yang kalian lakukan..!”

Renungan untuk saya, meratapi kondisi diri yang belum optimal dalam berjuang...kau begitu berapi-api mengejar dunia...tapi bermalas-malasan mengejar surga...Astagfirullohal'adzhim...

Mari kita jauhi maksiat, khususnya maksiat malas dalam dakwah...

Heran (Cinta & Benci Karena Allah)



Kenapa sih kamu capek-capek dakwah mendingan jalan-jalan sama kita?
Sampe sekarang aku ngga habis pikir, kenapa sih wanita itu manu dipoligami?
Mendingan kamu diam di rumah dari pada jauh-jauh kajian!
Yang bener aja panas-panas gini kamu mau aksi?

Mendengar celetukkan itu saya tersenyum, tak perlu marah, karena apa yang teman-teman saya katakan itu adalah celotehan dari kerangka berpikir yang belum paham. Karena belum paham lantaran belum mau mengenal tak heran jika mereka tidak mencintai apa-apa yang saya perjuangkan. Jilbab. Dakwah. Aksi. Kajian dan lain sebagainya, adalah hal yang tidak berguna di mata mereka, kegiatan yang membuang waktu dan seolah tertutup sudah alam berpikir mereka untuk mengenal itu semua.
Doa, adalah respon yang baik akan penolakan itu semua, disamping PR kita untuk memahamkan.

"Mungkin 1 diantara banyak kecintaan mu yang aku iyakan, begitu pula sebaliknya, 1 diantara banyak kecintaanku yang bisa kamu terima. Kita punya standar penilaian masing-masing dan karena kita seorang muslim kembalikanlah semua penilaian itu terhadap apa-apa saja yang Allah suka dan apa-apa saja yang Allah benci. Memang kita akan menganggap aneh hal yang orang lain lakukan dikala itu tak satu pemahaman dengan kita. Namun, sekali lagi aku katakan kembalikanlah segala sesuatu itu pada hal yang Allah ridho atasnya. Menurutmu apa yang aku lakukan ini apakah Allah ridho atasnya?"

"Iya sih..."

"Aku akan heran melihat seorang wanita yang lebih menuruti keinginan pacarnya ketimbang Sang Penciptanya sekalipun ia akan bahagia, dan aku tidak akan heran ketika melihat seorang wanita rela dipoligami sekalipun hatinya tersakiti. Mereka sama-sama merasakan cinta, maka mereka rela, mau, berjuang untuk itu, tapi coba kamu renungkan diantara cinta itu mana yang Allah ridhoi? Dimanakah pahala akan berlabuh? Jika kamu menemukan jawabannya, maka pasti kamu tidak akan heran."

Semoga mereka semua bersegera menyambut hidayahMu... Aamiin...



Senin, 08 April 2013

Tolak Nasionalisme



Apa yang kalian pikirkan tentang nasionalisme?

Ikatan yang bisa mempersatukan seluruh anggota masyarakat? Yang berbeda suku, agama, budaya dan lain sebagainya?

Mhmmm... itulah yang saya pikirkan dulu, dulu kala. Tak bisa dipungkiri sebagian dari masyarakat kita menggangap nasionalisme sebagai paham yang harus terus menerus di lestarikan dan di tanamkan dalam setiap jiwa yang berstatus sebagai warga negara. Nasionalisme merupakan paham kebangsaan yang diyakini sebagai faktor yang ampuh untuk memperkuat negara sekaligus dapat mempersatukan seluruh elemen warga negara yang terdiri dari banyak suku bangsa seperti negara kita ini, Indonesia.

Tapi pernahkah terpikirkan bahwa ada banyak konflik yang dipicu dari paham ini. Seperti konflik Indonesia dengan Malaysia dalam perebutan wilayah perbatasan sampai masalah klaim budaya, itu karena apa? Nasionalisme masing-masing. Timor Timur yang bercerai dengan Indonesia juga merupakan bukti kalau nasionalisme telah gagal menjaga kesatuan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Belum lagi adanya gerakan sparatis di Papua atau Aceh, itu juga sukses menambah antrian panjang konflik dari rahim Nasionalisme yang tidak bisa menjadi perekat antar warga negara. Ada juga konflik sosial bahkan tawuran antar warga mulai dari urusan Pilkada sampai urusan sepakbola. Komplit, semua itu menujukkan betapa rapuh dan lemahnya nasionalisme yang katanya bisa menjadi faktor yang mempersatukan antar warga negara.

Lebih mengenaskan lagi, Indonesia yang sebagian besar penduduknya muslim, nasionalisme sejatinya telah membunuh jiwa dan semangat ukhuwah Islamiyah yang bersifat universal. Karena Nasionalisme kita dicegah untuk peduli terhadap saudara-saudara kita yang tertindas dan mengalami pembantaian massal di Palestina, Kashmir, Moro, Rohingya, Afganistan, Irak, Suriah dan berbagai belahan bumi lain. Nasionalisme seketika membuat kita gagap dalam merespon setiap peristiwa kekejian yang menimpa umat Islam di luar negeri.

Lho kan ada hadistnya, yang bunyinya "cinta tanah air sebagian dari iman"? Nasionalisme berarti kan cinta tanah air?

Betul, ada hadist yang menyatakan: Hubbu al-wathan al-iman (Cinta tanah air bagian dari iman). Hanya saja, sebagaimana penuturan dari Imam ash-Shan'ani dalam Kitab Mawdhu'at ash-Shan'ani, hlm.47, hadist no:81; hadis ini mawdlu' (palsu). Dan ahli hadits lain menyatakan kalau hadits ini dusta (makdzub) dan tidak ada asal-usulnya (la ashla lahu). Imam Sakhawi dan al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, ulama besar mazhab Syafii, juga menyatakan, "Lam aqif 'alayhi" (Saya tidak mengetahui hadist ini). Dengan demikian, hadist ini tidak sah dijadikan hujjah karena sumbernya (tsubut) catat, maka isinya (matn al-hadist) tidak perlu dilihat lagi.

Bukankah cinta itu naluriah...?

Cinta tanah air sama seperti cinta akan kekuasaan, harta, anak dan klan yang memang termasuk dalam perkara naluriah (amr gharizi) yang ada pada setiap manusia, baik mukmin maupun kafir. Ingat, Islam tidak melarang atau berusaha memberangus naluri itu. Namun, Nabi saw. tidak memasukkan "cinta tanah air dan kaum" dalam 'ashabiyyah. Imam Ibnu Majah menuturkan sebuah riwayat dari Fasilah ra dari bapaknya, bahwa ia berkata: Telah bertanya seorang laki-laki. "Ya Rasulullah, adakah termasuk 'ashabiyah seorang mencintai kaumnya?" Sabda beliau, "Tidak! Yang termasuk ashabiyyah adalah seorang menolong kaumnya atas kedzaliman." (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah)

Karena termasuk perkara naluriah, maka cinta tanah air tidak berhubungan samasekali dengan keimanan. Sebab, naluri ini ada pada setiap orang, baik mukmin maupun kafir, shalih maupun thalih. Banyak orang cinta tanah airnya bahkan rela mati untuk membelanya namun ia tidak punya iman. Iman tidak ditentukan sejauh mana seseorang cinta akan tanah airnya, tetapi di tentukan sejauh mana ia makrifat dan meyakini perkara-perkara keimanan. Barangkali yang dimaksud "cinta tanah air bagian dari iman" adalah mencintai negeri atau tempat yang menerapkan Islam, dan membelanya karena Islam karena seorang muslim wajib berjihad melawan orang-orang kafir yang berusaha menguasai negerinya. Jadi, perang melawan orang kafir yang meneyerang negeri kita tidak boleh di dasarkan pada kecintaan pada tanah air, atau di dasarkan pada patriotisme dan nasionalisme. Seorang muslim wajib mempertahankan negerinya karena keimanannya, bukan karena yang lain. Seseorang yang berperang melawan orang-orang kafir hanya karena patriotisme, nasionalisme atau cinta tanah air, maka peperangannya tidak dianggap ibadah kepada Allah SWT. Jika ia mati, ia tidak layak disebut syahid. Sebab, jihad kaum muslim melawan orang kafir harus didasarkan pada akidah Islam, dan semata-mata karena menunaikan perintah Allah SWT; bukan karena cinta tanah air; spirit patriotisme dan nasionalisme. 

Bukankah di dalam al-Quran kita diciptakan berbangsa-bangsa agar saling mengenal. Itu artinya identitas bangsa harus dipertahankan dan itu sama saja bukan dengan nasionalisme?

Menurut Hans Kohn nasionalisme adalah suatu keadaan pada individu saat dia merasa bahwa pengabdian paling tinggi adalah untuk bangsa dan tanah air. Dengan kata lain, nasionalisme adalah paham yang mengunggulkan dan mengutamakan kebangsaan dan menomorduakan paham lain. Bagi seorang nasionalis bangsa adalah segala-galanya. Tidak ada yang lebih penting dalam hidupnya kecuali meraih kejayaan dan membela bangsanya. Tidaklah aneh jika kaum nasionalis tega memberangus bahkan mematikan paham atau ide keagamaan jika ide dan paham tersebut dianggap bertentangan dengan nasionalisme dan mengganggu kepentingan nasional. Dalam al-Quran surat al-Hujurat ayat 13 memang Allah SWT menyatakan (yang artinya): Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari lelaki dan perempuan; Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia diantara kalian adalah yang paling bertaqwa di sisi Allah. Ayat ini hanya menuturkan tentang keragaman (pluralitas) bangsa, ras dan suku agar manusi saling mengenal, tolong menolong dan mengetahui nasab masing-masaing. Tak ada keutamaan satu suku atas suku yang lain. Keutamaan diukur dari tingkat ketaqwaan. Dari arah manapun, ayat ini sama sekali tidak menunjukkan pensyariatan nasionalisme. Islam justru memerintahkan umatnya untuk bersatu dan mencampakkan sejauh-jauhnya ikatan-ikata sektarian, seperti kebangsaan, suku dan ras.

Lalu identitas apa yang harus kita miliki dan bagaimana cara membangunnya?

Identitas yang harus disandang seorang muslim adalah Islam yang merupakan pilar utama bagi kehidupan seorang mukmin. Seluruh keyakinan, perkataan dan perbuatan seorang muslim harus lahir dari Islam. Islam adalah pandangan dan jalan hidupnya. Islam adalah ruh yang menggerakan pikiran dan perasaan seorang muslim. Seorang muslim boleh saja berasal dari suku, bangsa, atau daerah tertentu; atau menggunakan suku atau daerah tertentu sebagai nasabnya. Akan tetapi, mereka diikat dan disatukan dengan akidah Islam. Yang menjadikan mereka mulia bukan nasab atau sal daerah mereka, tetapi keterikatannya dengan Islam (Taqwa).


Adapun cara membangun identitas Islam pada diri seorang muslim adalah:

1. Menanamkan akidah Islam di dada kaum muslim. 
Akidah yang kuat dan mengakar akan mendorong seseorang untuk menjalankan syariah Islam secara kaffah. Sebab, ia menyadari sepenuhnya bahwa menjalankan syariah Islam adalah wujud dari keimanan.

2. Mengingatkan umat Islam bahwa Khilafah Islam dalah satu-satunya sistem pemerintahan yang syar'i yang wajib ditegakkan oleh umat Islam.
Khilafah Islam adalah institusi politik yang bertugas menerapkan syariah Islam di  dalam negeri, menyebarkan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad; serta menyatukan seluruh kaum muslim dari ujung timur hingga ujung barat. Dakwah untuk menegakkan dan menjaga eksistensi Khilafah Islam harus dijadikan ikon dakwah untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan kaum muslim seluruh dunia; juga agar kehidupan Islam bisa dilangsungkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

3. Mengobarkan terus spirit jihad di dada kaum Muslim.
 Jihad fi sabilillah merupakan salah satu instrumen syar'i untuk mempertahankan eksistensi akidah Islam dan Khilafah Islam. Dengan spirit ini kaum muslim akan terus tergerak untuk selalu menjaga akidahnya dan negaranya dari ancaman musuh Islam dan aum muslim. Dengan cara seperti ini, identitas Islam akan terus disandang kaum muslim secara individu maupun kolektif.

Apakah bisa nasionalisme mewadahi keberagaman sehingga orang yang berbeda agama, aliran, partai, kelompok dsb bisa hidup bersama?

Nasionalisme itu haram diaopsi, diterapkan, dan di dakwahkan. Nasionalisme tidak boleh dijadikan wadah untuk mengikat keberagaman. Pasalnya ikatan nasionalisme adalah ikatan temporal dan 'ashabiyyah. Ikatan yang harus dijadikan pengikat keragaman adalah ikatan yang bercorak ideologis, bukan nasionalisme. 

Berarti berbahaya buat umat Islam?

Tepatnya berbahaya bagi seluruh umat manusia. Bahaya nasionalisme bagi seluruh umat Islam adalah:

1. Mengembalikan umat Islam pada ikatan-ikatan 'ashabiyyah yang telah dihapus oleh syariah Islam. Ikatan 'ashabiyyah inilah yang telah dihapus oleh syariah Islam. Ikatan ashabiyyah inilah dalam banyak hal menjadi faktor penting dalam penciptaan konflik dan permusuhan antara negara, suku, dan kelompok

2. Memecah belah persatuan dan kesatuan umat Islam. Umat Islam sebagaimana ketetapan syariah Islam wajib hidup bersatu (berjama'ah) di bawah kepemimpinan tunggal seorang Khalifah. Seorang muslim dilarang memisahkan diri dari jamaah. Nabi saw. telah memerintahkan kaum muslim untuk memerangi siap saja yang berusaha memecah belah mereka.

3. Menghambat atau setidaknya memperlambat lalu lintas barang dan manusia. Nasionalisme dengan negara bangsanya memunculkan apa yang disebut dengan "cost-cost nasionalistik" yang sebenarnya tidak perlu. Dulu kaum muslim yang ada di Irak, Yaman, dan Madinah bebas berhubungan dan berdagang satu sama lain tanpa dikenai arif. Kaum muslim bebas bergerak untuk melakukan aktivitas ekonomi, menuntut ilmu, dan lain sebagainya, di dalam Daulah Khilafah Islam sejauh manapun mereka bergerak. Tidak ada hambatan tarif ataupun ahambatan legal formal. Namun, adanya lebih dari 50 negara-negara menyebabkan kaum muslim tidak bebas bergerak, bahkan sekadar untuk menolong saudara muslimnya yang dizalimi orang-orang kafir, mereka selalu terhalang.

4. Melahirkan negara-negara yang hanya mengedepankan kepentingan sendiri. Altruisme universal terkikis oleh nasionalisme.

5. Nasionalisme bertentangan sifat dan karakter agama Islam. Islam adalah agama universal yang tidak hanya diperuntukkan bagi suku, ras, negara atau bangsa tertentu; tetapi bersifat menyeluruh untuk seluruh umat manusia. Nasionalisme juga bertentangan dengan konsepsi politik Islam (Khilafah Islam) yang mengharuskan kepemimpinan tunggal di seluruh dunia. Islam melarang adanya dualisme kepemimpinan dan negara, Nabi saw. pernah bersabda (artinya), "Apabila dibaiat dua orang Khalifah, maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya." (HR. Muslim). Jelas kaum muslim wajib hidup dibawah satu kepemimpinan dan negara. Mereka dilarang mendirikan institusi negara lebih dari satu. Berbeda dengan nasionalisme, paham ini justru melegalkan adanya banyak negara dan kepemimpinan.

Kalau bukan nasionalisme harus dengan apa dan bagaimana mewujudkannya?

Umat manusia hanya bisa hidup berdampingan satu dengan yang lain, saling mendukung dan menopang jika di sana da sistem kekuasaan global yang menerapkan aturan yang bisa menjamin kesejahteraan, keadilan dan rasa aman. Hal ini hanya bisa terwujud jika sistem politik yang menopang kehidupan manusia berwujud sistem politik global, yang menerapkan aturan paling baik yang bersal dari Zat Yang Mahatahu dan paing menegtahui apa yang paling baik bagi mereka. Sistem politik itu adalah Khilafah Islam dengan aturan yang diterapkan adalah syariah Islam. 

Karena itu kaum muslim harus berjuang kembali menerapkan Khilafah Islamiyyah sebagai thariqah syar'iyyah untuk menerapkan syariah Islam secara kaffah. Perjuangan terebut harus barjama'ah, melaui manhaj (jalan) yang telah digariskan oleh Nabi saw., tidak musyarakah, dan dilakukan tanpa kekerasan. Adapun thariqah untuk menegakan Khilafah Islam harus dilakukan dengan thalabun nushrah, buka dengan jihad atau masyarakah dalam sistem pemerintahan kufur. Wallahu a'lam bi ash-shawab.



Tips Anti Futur Agar Kembali Semangat Berdakwah




1. Harus memahami dan menyadari tujuan aktivitas kita

contoh: seorang pengemban dakwah tidak punya waktu futur dalam mengkaji Islam apabila ia sadar dan paham bahwa dengan aktivitasnya tersebut akan membangkitkan pemikirannya sehingga akan bisa memahamkan umat untuk tegaknya Hukum Allah


2. Baca al-Qur'an dan as-Sunnah serta terjemahannya

Qalbu yang tidak diisi dengan Al-Qur'an laksana rumah yang bobrok, bacalah dan pahami maknanya insyAllah akan mengingatkan kita akan perjuangan ini


3. Bacalah Sirah Nabawiyah

Kita dan para pejuang Islam terdahulu sama-sama menginginkan surga, dan dengan membaca dan membayangkan perjuangan mereka dalam benak kita, akan membuat kita mengukur pengorbanan dan izzah yang kita lakukan sekarang dengan mereka sebagai seorang muslim. Bukankah hari ini harus lebih baik dari hari kemarin?


4. Kunjungi dan mintalah nasehat kepada orang-orang yang mampu memberikan semangat dan nasehat

Karena jiwa selalu perlu re-charge, selain itu kita juga dapat mengunjungi kajian-kajian Islam, training, dan acara-acara Islam lainnya


5.Jika mungkin, sejenak meluangkan waktu untuk beristirahat dan menenangkan diri

Bukan berarti perlu waktu khusus untuk berlibur atau cuti, karena perjuangan Islam tidak mengenal istilah libur dan cuti. Lakukan hal yang sederhana (yang bermanfaat di rumah misalnya) atau bertafakur alam. Setelah pikiran kembali tenang, buatlah resolusi sebagai perubahan

6. Tabel Kontrol Aktivitas

Tabel ini berisi list-list harian (ibadah) yang harus istiqomah kita jalankan (seperti: sholat wajib, sholat rawatib, baca Al Qur'an dan menghapalkannya, dll) dan dari sini kita akan mengukur sejauh mana kita bisa konsisten dalam menjalankan aktivitas ibadah. Tentunya boleh juga, agar lebih semangat kita memberikan reward untuk diri sendiri jika berhasil melaksanakan satu aktivitas dalam jangka waktu tertentu,

misal: Jika dalam satu bulan ini saya berhasil menghapal 1 juz, saya akan membeli gamis baru, buku Tafsir atau sesuatu yang baik lainnya.


7. Tentunya untuk melakukan hal-hal diatas tidaklah mudah, namun tips terakhir yang paling mujarab adalah PAKSAKAN SAJA!
Kita perlu menjerumuskan diri kedalam lubang kebaikan. JUS DO IT! Karena paksaan sangat diperlukan sebelum kita enjoy dengan aktivitas itu.




Dari Abdullah bin Amru, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Setiap amal memiliki puncaknya dan setiap puncak pasti mengalami ke-futur-an (keloyoan). Maka barang siapa yang pada masa futur-nya (kembali) kepada sunnahku, maka ia beruntung dan barang siapa yang pada masa futur-nya (kembali) kepada selain itu, maka berarti ia telah celaka.” (HR Imam Ahmad)

Minggu, 07 April 2013

PEMIMPIN dan KEPEMIMPINAN dalam ISLAM

Oleh: Ustadz Felix Siauw

01. "sesungguhnya Allah memberikan wewenang kepada penguasa untuk menghilangkan maksiat yang tidak bisa dihilangkan oleh Al Quran"
02. begitu ucap Khalifah yang paling pemalu lagi lembut hatinya Utsman bin Affan | dikutip Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah
03. ucapan Khalifah Utsman inilah yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari | yang banyak maksiat namun Al-Qur'an saja tiada cukup
04. dalam QS 9:125 Allah sendiri menyampaikan bahwa ada insan yang sadar dengan turunnya Al-Qur'an | namun ada pula yang bertambah kafir
05. misalnya penjualan VCD porno yang ada di Glodok | yang katanya 1 juta keping/hari | diketahui penegak hukum namun tak diantisipasi
06. begitulah urusan PEMIMPIN dan KEPEMIMPINAN menjadi vital dalam Islam | tanpanya mustahil syariat Islam tegak secara penuh
07. sayangnya kaum Muslim sekarang rata-rata awam dengan bahasan ini | seolah PEMIMPIN dan KEPEMIMPINAN tabu dibahas dalam Islam
08. politik seolah haram dibahas agama | agama diharamkan membahas lika-liku PEMIMPIN dan KEPEMIMPINAN | begitu adanya sekarang
09. padahal dahulu kala pemisahan antara agama dan negara tak pernah dikenal dalam khazanah pemikiran Islam | karena Islam sempurna0
10. bahkan Michael H. Hart menjadikan Muhammad saw menjadi no. 1 paling berpengaruh dalam bukunya "100 orang paling berpengaruh di dunia"
11. alasan Hart sederhana | karena Muhammad saw adalah satu-satunya tokoh yang menggabungkan kekuasaan agama dan kekuasaan negara
12. karena Rasulullah adalah Nabi sekaligus Kepala Negara | sebagai perwujudan kesempurnaan Islam mengatur manusia
13. Rasulullah dinobatkan menjadi manusia paling berpengaruh | bukan karena beliau mewariskan figur, tapi karena beliau mewariskan sistem
14. dalam hadits shahih Muslim | sistem warisan Rasulullah ini yang kita kenal dengan sebutan #Khilafah
15. #Khilafah inilah yang diemban oleh 4 penerus terbaik Rasulullah | yang keempatnya digelari Khalifah (pemimpin Khilafah)
16. Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar, Khalifah Utsman, dan Khalifah Ali | Khulafaur Rasyidin | Khilafah Rasyidah atas Manhaj Nabi
17. pandangan Hart tidak sendiri | peneliti barat juga banyak yang mengakui #Khilafah | misal Phillip K. Hitti dalam "History of The Arabs"
18. "muncul sejumlah pandangan keliru yang menyatakan bahwa #Khilafah semata-mata merupakan institusi keagamaan" | tutur Phillip K. Hitti
19. "Pandangan semacam itu (#Khilafah institusi agama saja) kemungkinan hasil analogi salah kaprah terhadap kekuasaan Imperium Suci Romawi"
20. "(sangkaan bahwa #Khilafah institusi keagamaan itu akibat) pembedaan Kristen modern antara kekuasaan duniawi dan kekuasaan keagamaan"
21. "padahal, dalam pemerintahan Islam, istilah amir al-mukminin, meniscayakan bahwa penguasa memiliki kekuasaan militer yang penuh"
22. Hitti menyimpulkan | "Pewarisan misi Muhammad (#Khilafah) berarti pewarisan kedaulatan negara."
23. perhatikan gambar | ini peta distribusi kaum Muslim | bisa juga dianggap peta #Khilafah pada masa lalu
24. wilayah #Khilafah yang tiada kurang dari 20.000.000 km2 | mungkinkah terjadi persatuan tanpa sistem KEPEMIMPINAN yang kuat?
25. bisa kita simpulkan | bahwa Rasulullah bukan hanya mewajibkan adanya PEMIMPIN yang amanah | namun juga KEPEMIMPINAN yang amanah

Jilbab Tidak Sama dengan Kerudung

Oleh: Muhammad Shiddiq al-Jawi

Memang dalam pembicaraan sehari-hari umumnya masyarakat menganggap jilbab sama dengan kerudung. Anggapan ini kurang tepat. Jilbab tak sama dengan kerudung. Jilbab adalah busana bagian bawah (al-libas al-adna) berupa jubah, yaitu baju longgar terusan yang dipakai di atas baju rumahan (semisal daster). Sedang kerudung merupakan busana bagian atas (al-libas al-a’la) yaitu penutup kepala. (Rawwas Qal’ah Jie, Mu’jam Lughah Al-Fuqaha`, hal. 124 & 151; Ibrahim Anis dkk, Al-Mu’jam Al-Wasith, 2/279 & 529).
Jilbab dan kerudung merupakan kewajiban atas perempuan muslimah yang ditunjukkan oleh dua ayat Al-Qur`an yang berbeda. Kewajiban jilbab dasarnya surah Al-Ahzab ayat 59, sedang kewajiban kerudung (khimar) dasarnya adalah surah An-Nur ayat 31.
Mengenai jilbab, Allah SWT berfirman (artinya),”Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min,’Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ (QS Al-Ahzab : 59). Dalam ayat ini terdapat kata jalabib yang merupakan bentuk jamak (plural) dari kata jilbab. Memang para mufassir berbeda pendapat mengenai arti jilbab ini. Imam Syaukani dalam Fathul Qadir (6/79), misalnya, menjelaskan beberapa penafsiran tentang jilbab. Imam Syaukani sendiri berpendapat jilbab adalah baju yang lebih besar daripada kerudung, dengan mengutip pendapat Al-Jauhari pengarang kamus Ash-Shihaah, bahwa jilbab adalah baju panjang dan longgar (milhafah). Ada yang berpendapat jilbab adalah semacam cadar (al-qinaa’), atau baju yang menutupi seluruh tubuh perempuan (ats-tsaub alladzi yasturu jami’a badan al-mar`ah). Menurut Imam Qurthubi dalam Tafsir Al-Qurthubi (14/243), dari berbagai pendapat tersebut, yang sahih adalah pendapat terakhir, yakni jilbab adalah baju yang menutupi seluruh tubuh perempuan.
Walhasil, jilbab itu bukanlah kerudung, melainkan baju panjang dan longgar (milhafah) atau baju kurung (mula`ah) yang dipakai menutupi seluruh tubuh di atas baju rumahan. Jilbab wajib diulurkan sampai bawah (bukan baju potongan), sebab hanya dengan cara inilah dapat diamalkan firman Allah (artinya) “mengulurkan jilbab-jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Dengan baju potongan, berarti jilbab hanya menutupi sebagian tubuh, bukan seluruh tubuh. (Taqiyuddin An-Nabhani, An-Nizham al-Ijtima’i fil Islam, hal. 45-46).
Jilbab ini merupakan busana yang wajib dipakai dalam kehidupan umum, seperti di jalan atau pasar. Adapun dalam kehidupan khusus, seperti dalam rumah, jilbab tidaklah wajib. Yang wajib adalah perempuan itu menutup auratnya, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, kecuali kepada suami atau para mahramnya (lihat QS An-Nur : 31).
Sedangkan kerudung, yang bahasa Arabnya adalah khimar, Allah SWT berfirman (artinya),”…Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya…” (QS An-Nur : 31). Dalam ayat ini, terdapat kata khumur, yang merupakan bentuk jamak (plural) dari khimaar. Arti khimaar adalah kerudung, yaitu apa-apa yang dapat menutupi kepala (maa yughaththa bihi ar-ra`su). (Tafsir Ath-Thabari, 19/159; Ibnu Katsir, 6/46; Ibnul ‘Arabi, Ahkamul Qur`an, 6/65 ).
Kesimpulannya, jilbab bukanlah kerudung, melainkan baju jubah bagi perempuan yang wajib dipakai dalam kehidupan publik. Karena itu, anggapan bahwa jilbab sama dengan kerudung merupakan salah kaprah yang seharusnya diluruskan. Wallahu a’lam.



sumber: http://konsultasi.wordpress.com/2009/07/07/jilbab-tidak-sama-dengan-kerudung/

Hi I'am Syin Jasmine Welcome to My Blog

Alhamdulillah... saya terlahir dan bangga sebagai seorang muslimah. Mungkin apa yang saya nyatakan ini terdengar bodoh bagi mereka yang mata hatinya telah lama berkarat oleh peradapan yang sukses memojokan dien yang sempurna ini. Mereka adalah orang-orang yang menjunjung tinggi paham kebebasan. Mereka mengatakan bahwa hijab ini telah memenjarakan saya, ya betul, telah memenjarakan saya dari pandangan yang tidak halal untuk memandang saya. Saya merdeka dalam aturan yang sarat hikmah.





Dan blog ini akan menjadi saksi perjalanan saya sebagai orang yang memang bukan siapa-siapa, tapi mempunyai proyek besar untuk bisa menjadi wanita akhir zaman yang istiqomah menggenggam bara Islam. Blog ini juga yang akan menjadi alarm bagi waktu yang mungkin telah saya sia-siakan, dalam satu ketika saya kembali membaca goresan mimpi yang belum terwujud. Layaknya sahabat, memang blog ini tidak bisa bicara tapi cukup menjadi pendengar dari jerit rasa.

Dan perkenalkan I'am Syin Jasmine salam ukhuwah untuk sahabat semua ^_^